Perjodohan Manusia: Takdir Ilahi yang Tertulis di Lembaran Takdir

interaks | 15 December 2024, 12:42 pm | 34 views

 

INTERAKSEDIAGLOBAL.COM || Surabaya, Minggu 15 Desember 2024, Perjodohan manusia adalah misteri ilahi yang telah ditetapkan sejak lama. Dalam Islam, keyakinan tentang jodoh, pertemuan, dan perpisahan menjadi bagian tak terpisahkan dari akidah, yang bersumber dari firman Allah dalam Al-Qur’an. Tidak hanya menyatukan dua insan, perjodohan juga mencakup berbagai dimensi kehidupan—mulai dari kebahagiaan, ujian, hingga akhir hayat.

 

Jodoh dalam Perspektif Al-Qur’an

 

Al-Qur’an menjelaskan bahwa pernikahan dan jodoh adalah tanda kebesaran Allah. Dalam Surah Ar-Rum ayat 21, Allah SWT berfirman:

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”

 

Ayat ini menunjukkan bahwa jodoh adalah wujud rahmat Allah yang diberikan kepada manusia. Ia adalah ikatan yang tidak hanya bersifat lahiriah, tetapi juga spiritual, menghubungkan dua jiwa untuk saling melengkapi dan menghadirkan ketenteraman.

 

Namun, kebersamaan dalam pernikahan bukanlah sesuatu yang abadi. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 286, Allah menegaskan bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki batas dan ujian. Jodoh pun demikian, bisa berpisah karena kematian atau bahkan perbedaan di dunia yang fana.

 

Berpisah Hidup atau Mati: Takdir yang Tertulis

 

Dalam pandangan sufi dan penyair, perpisahan dalam hubungan adalah jalan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang kehendak Allah. Sebagaimana ungkapan Ibn Arabi, seorang sufi besar: “Cinta adalah perjalanan dari penglihatan lahiriah menuju penyatuan dengan Yang Maha Kekal.”

 

Kematian dianggap sebagai perpisahan sementara menuju keabadian, sedangkan perpisahan dalam hidup adalah ujian yang menguatkan keimanan. Surah Al-Ankabut ayat 2 mengingatkan manusia:

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan berkata, ‘Kami telah beriman,’ sementara mereka tidak diuji?”

 

Kehilangan seseorang yang dicintai, baik karena perceraian maupun kematian, adalah bentuk ujian cinta kepada Allah. Sebab, pada hakikatnya, cinta yang sejati hanya kepada-Nya.

 

Perspektif Sufi: Sang Penyair tentang Cinta dan Takdir

 

Sufi Sang Penyair menggambarkan jodoh sebagai puisi kehidupan yang ditulis oleh Allah di Lauh Mahfuzh. Dalam salah satu baitnya, ia menulis:

 

“Jodohku tertulis di antara malam dan pagi,

Berpisah hidup, berpisah mati, semua kembali.

Di ujung napas terakhir, cinta itu tetap ada,

Karena cinta sejati menuju Sang Esa.”

 

Dalam pandangan sufistik, cinta dan jodoh tidak bisa dilepaskan dari kehendak Allah. Sufi percaya bahwa setiap pertemuan dan perpisahan adalah bagian dari skenario ilahi. Bahkan saat perpisahan terjadi di dunia, cinta sejati akan bersatu kembali di akhirat bagi mereka yang dikehendaki Allah.

 

Jodoh dan Hikmah Takdir

 

Al-Qur’an menekankan bahwa segala sesuatu di dunia ini telah ditetapkan waktunya, termasuk pertemuan dan perpisahan. Dalam Surah Al-Hadid ayat 22 disebutkan:

“Tiada suatu musibah pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”

 

Ayat ini mengajarkan bahwa setiap perjalanan hidup, termasuk perpisahan dengan pasangan, adalah bagian dari takdir Allah yang tidak bisa dihindari. Yang terpenting bagi manusia adalah bagaimana menerima dan menyikapinya dengan keimanan.

 

Penutup: Melampaui Cinta Dunia

 

Perjodohan, pertemuan, dan perpisahan adalah skenario yang telah tertulis di Lauh Mahfuzh, digoreskan oleh Sang Maha Penulis. Sebagai manusia, tugas kita adalah menjalani takdir tersebut dengan kesabaran dan tawakal. Dalam setiap kebersamaan, cintai pasanganmu dengan segenap hati, namun selalu ingat bahwa cinta sejati hanya kepada Allah.

 

Sebagaimana pesan Sufi Sang Penyair:

“Jodoh adalah hadiah yang dipinjamkan,

Jangan lupa, cinta abadi hanya milik Tuhan.”

 

Bambang Tri Kasmara

Berita Terkait