

INTERAKSIMEDIAGLOBAL.COM || Dalam kehidupan modern ini, uang sering dianggap sebagai segalanya. Kertas atau logam yang tampak biasa ini mampu mengubah nasib seseorang, membuka peluang, bahkan memengaruhi perilaku dan keyakinan. Namun, bagi mereka yang mengesampingkan iman kepada Sang Pencipta, uang terkadang lebih berat daripada harga diri di mata Allah.
Fenomena ini menggambarkan keanehan manusia. Ada yang taat beribadah tetapi juga terjerat korupsi, memanfaatkan posisinya untuk memperkaya diri. Di sisi lain, ada yang jauh dari ibadah kepada Allah tetapi memiliki hati yang baik, membantu sesama tanpa pamrih. Lalu, ada pula manusia dengan perilaku buruk, baik terhadap Sang Pencipta maupun sesama. Namun, tak sedikit juga yang tetap menjaga kebaikan dalam diri, baik dalam hubungan dengan Tuhan maupun manusia.
Pergulatan Nilai dan Uang
Uang, jika dilihat sekilas, tampak tak berdaya. Namun, kekuatannya begitu besar hingga mampu menggoyahkan iman banyak orang. Al-Qur’an telah memberikan peringatan bahwa dunia ini adalah tempat ujian, dan salah satu ujian terbesar adalah harta. Dalam Surah At-Taubah ayat 34, Allah berfirman:
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak membelanjakannya di jalan Allah, maka berilah kabar gembira kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih.”
Ayat ini menegaskan bahwa uang yang tidak digunakan untuk kebaikan dapat menjadi sumber kehancuran, baik di dunia maupun akhirat.
Dunia yang Dikuasai Uang
Berita tentang korupsi, penindasan, dan kesenjangan sosial hampir selalu berakar pada satu hal: uang. Namun, tidak semua orang yang memiliki harta berperilaku buruk. Banyak pula yang menjadikan kekayaan sebagai sarana kebaikan. Sosok dermawan yang diam-diam membantu kaum lemah, misalnya, menjadi pengingat bahwa uang bisa menjadi alat ibadah.
Di sisi lain, ada individu yang membiarkan dirinya diperbudak oleh uang. Harga diri, moral, bahkan iman mereka rela tergadai demi kepentingan materi. Inilah cerminan manusia yang menganggap dunia ini sebagai tujuan utama, melupakan akhirat yang kekal.
Refleksi Kehidupan
Dalam dunia yang sering kali memuja uang, penting bagi kita untuk merenungkan posisi iman di hati. Apakah uang telah mengambil tempat utama dalam hidup kita? Ataukah kita tetap menjadikannya sebagai alat untuk mencapai keridhaan Allah?
Seperti ungkapan para sufi, “Uang adalah ujian, bukan tujuan. Ia bisa menjadi alat kebaikan atau malah menjadi jebakan.” Dalam pergulatan ini, iman harus menjadi landasan utama. Hanya dengan begitu, kita bisa melampaui godaan duniawi dan menjaga kehormatan di mata Allah.
Manusia memiliki pilihan: menjadi baik atau buruk. Tapi yang paling penting adalah bagaimana kita tetap menjaga keseimbangan, menjadikan uang sebagai alat, bukan segalanya.
Bambang Tri Kasmara
