

INTERAKSIMEDIAGLOBAL.COM || Surabaya, Rabo 11 Desember 2024, Dalam kehidupan yang serba dinamis ini, sering kali manusia terjebak oleh ambisi dan godaan duniawi. Namun, seorang sufi sekaligus penyair pernah memberikan nasihat mendalam, “Jalanilah kehidupan di dunia ini tanpa membiarkan dunia hidup di dalam dirimu.” Sebuah ungkapan yang sederhana, namun menyimpan filosofi yang mendalam tentang bagaimana seharusnya manusia menjalani hidup.
Analogi Perahu di Atas Air
Nasihat tersebut diibaratkan seperti perahu di atas air. Perahu mampu berlayar dengan sempurna ketika ia berada di atas permukaan air, menjelajahi luasnya samudera. Namun, ketika air mulai masuk ke dalam perahu, perlahan ia akan tenggelam, tak lagi mampu menjalankan fungsinya. Demikian pula kehidupan manusia di dunia.
Dunia adalah tempat kita berlayar—bekerja, bermimpi, dan berusaha. Tetapi ketika dunia mulai “hidup” dalam hati kita, menjadikan harta, kekuasaan, dan ambisi sebagai pusat kehidupan, itulah saat di mana kita mulai kehilangan arah. Kita bukan lagi menjadi pengendali, melainkan dikendalikan oleh apa yang seharusnya hanya menjadi alat.
Pesan Sufi Sang Penyair
Dalam untaian kata-katanya, Sufi Sang Penyair mengingatkan bahwa dunia hanyalah tempat persinggahan, bukan tujuan akhir. Sebagaimana perahu dirancang untuk mengarungi air tanpa membiarkannya masuk, manusia seharusnya menggunakan kehidupan dunia untuk menabur kebaikan tanpa menjadi budak materi dan nafsu.
Pesan ini relevan dengan kehidupan modern saat ini, di mana tekanan untuk memiliki lebih banyak sering kali membuat manusia kehilangan nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan. Banyak orang yang akhirnya terjebak dalam kekhawatiran, iri hati, dan ketidakpuasan, karena mereka membiarkan dunia menguasai hati mereka.
Menemukan Kedamaian dalam Kehidupan Sederhana
Nasihat ini mengajarkan pentingnya kesederhanaan, keikhlasan, dan keseimbangan. Dunia boleh kita miliki, tetapi jangan sampai dunia memiliki kita. Dengan cara ini, kita bisa menemukan kedamaian sejati dan menjalani hidup yang penuh makna, tanpa terjebak dalam pusaran ambisi yang tak berujung.
“Biarlah dunia menjadi kendaraanmu, bukan penjaramu,” pesan ini seakan mengingatkan kita untuk selalu mengendalikan keinginan, menjaga hati, dan tetap fokus pada tujuan akhir hidup. Karena pada akhirnya, bukan materi atau kekuasaan yang akan kita bawa, melainkan amal dan kebajikan yang telah kita tanam selama hidup.
Seperti perahu yang bebas melintasi lautan, biarkan hidup kita mengalir dengan damai, tanpa beban yang membebani jiwa. Dunia adalah tempat kita berlayar, bukan tempat kita tenggelam.
Bambang Tri Kasmara
