

INTERAKSIMEDIAGLOBAL.COM || Surabaya, Kamis 11/12/2024 Dalam kehidupan sehari-hari, pilihan teman adalah salah satu keputusan penting yang dapat memengaruhi arah hidup seseorang. Sufi Sang Penyair pernah menuturkan, “Berteman dengan orang bodoh yang tidak mengikuti hawa nafsunya lebih baik daripada berteman dengan orang alim yang selalu mengikuti hawa nafsunya.” Sebuah ungkapan yang mengandung hikmah mendalam tentang esensi persahabatan dan pengaruhnya terhadap perjalanan spiritual seseorang.
Makna Hikmah: Antara Kebodohan dan Nafsu
Ungkapan ini menggarisbawahi bahwa kebodohan bukanlah ukuran mutlak dalam menilai seseorang. Yang lebih penting adalah ketundukan seseorang terhadap hawa nafsunya. Seseorang yang sederhana dan tidak berilmu, tetapi mampu menjaga diri dari dorongan hawa nafsu, jauh lebih berharga daripada orang alim yang justru terperangkap oleh nafsunya sendiri.
Dalam Islam, hawa nafsu sering kali menjadi ujian terbesar bagi manusia. Ketika nafsu menguasai, manusia berisiko menyimpang dari jalan yang benar, bahkan jika ia memiliki ilmu yang luas.
Pegangan dalam Al-Qur’an
Pentingnya memilih teman yang baik juga dijelaskan dalam Al-Qur’an. Beberapa ayat yang relevan meliputi:
1. Surah Al-Kahfi Ayat 28
“Dan bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharap perhiasan dunia.”
Ayat ini mengingatkan pentingnya bergaul dengan orang-orang yang senantiasa mengingat Allah, terlepas dari status atau tingkat intelektual mereka.
2. Surah Az-Zukhruf Ayat 67
“Teman-teman akrab pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.”
Pada hari kiamat, hanya persahabatan yang dilandasi takwa yang akan tetap bernilai, sementara persahabatan yang didasarkan pada nafsu duniawi akan berubah menjadi permusuhan.
3. Surah Al-Furqan Ayat 27-28
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: ‘Wahai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul. Wahai celaka aku! Kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrabku.'”
Ayat ini menjadi peringatan agar berhati-hati dalam memilih teman, karena teman yang buruk dapat menjerumuskan kita ke dalam kesesatan.
Hikmah dalam Kehidupan Modern
Dalam konteks modern, nasihat ini tetap relevan. Banyak orang terpesona oleh status atau pengetahuan seseorang tanpa memperhatikan integritas moralnya. Padahal, seseorang yang terlihat sederhana tetapi memiliki hati yang bersih lebih mampu memberikan pengaruh positif daripada orang yang berpengetahuan luas tetapi dikuasai oleh keserakahan, kesombongan, atau ambisi pribadi.
Sufi Sang Penyair mengajak kita untuk berhati-hati memilih teman yang tidak hanya mendukung kesuksesan duniawi, tetapi juga membantu menjaga kita di jalan kebenaran. Persahabatan sejati adalah yang membawa kita lebih dekat kepada Allah, bukan menjauhkan diri dari-Nya.
Kesimpulan
Nasihat ini mengingatkan kita bahwa kualitas hati dan kesucian niat adalah yang utama dalam memilih teman. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat-ayat suci Al-Qur’an, persahabatan sejati adalah yang mendukung perjalanan spiritual dan menjauhkan kita dari pengaruh hawa nafsu.
Sufi Sang Penyair mengajak umat untuk merenungkan esensi persahabatan: bahwa kebodohan tanpa hawa nafsu lebih mulia daripada ilmu yang dikuasai oleh nafsu. Semoga kita senantiasa diberikan hikmah dalam memilih teman yang baik dan berjalan di jalan yang diridhai Allah.
Bambang Tri Kasmara
