

INTERAKSIMEDIAGLOBAL.COM || Surabaya, 24/04/2025 || Dalam kehidupan, setiap manusia pasti melewati fase yang telah digariskan oleh Sang Pencipta: lahir, hidup, berjodoh, mendapat rezeki, dan akhirnya wafat. Semua itu bukanlah hasil rekayasa atau kehendak manusia, tetapi telah ditetapkan oleh Allah SWT, sebagaimana difirmankan dalam QS. Al-Hadid: 22, “Tiada suatu musibah pun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya.”
Sufi Sang Penyair, melalui untaian kata dan perenungan mendalam, mengajak manusia untuk menyadari kenyataan bahwa takdir tidak dapat diubah, tetapi usaha tetap wajib dilakukan. Menurutnya, manusia yang tidak berilmu dan tidak bertakwa akan menangis dan menyesal saat berpindah dari dunia ke alam kubur. Dalam QS. Al-Mu’minun: 99-100, Allah menggambarkan penyesalan orang yang telah wafat:
“Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal saleh yang telah aku tinggalkan.” Namun permintaan itu ditolak.
Sufi menekankan pentingnya keseimbangan antara ilmu dunia dan akhirat. Ia berkata, “Jika di umur 50 engkau masih sibuk mengejar dunia, maka seimbangkanlah dengan 50 tahun mencari ilmu akhirat.” Sebab, hidup yang hanya bertumpu pada dunia tak akan menuntunmu menuju kebahagiaan abadi.
Al-Qur’an telah mengingatkan pentingnya ilmu dalam QS. Al-Mujadilah: 11, “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” Tidak hanya itu, dalam QS. Al-Baqarah: 2, Allah menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah “petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”
Menurut Sufi, kecerdasan otak tanpa kekayaan hati adalah kekosongan spiritual. Oleh karena itu, ia mengajak umat untuk meraih keseimbangan batiniah agar siap menghadapi kehidupan yang hakiki: akhirat. Dalam QS. Al-Ankabut: 64, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kalau mereka mengetahui.”
Melalui syair-syairnya, Sufi menanamkan pemahaman bahwa dunia hanyalah ladang ujian, tempat untuk menanam amal baik. Dalam QS. Yunus: 57, Allah menegaskan, “Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
Sufi Sang Penyair tak sekadar berbicara tentang iman, tapi mengajak setiap insan untuk menjadikannya gaya hidup. Sebab, hidup bukan tentang apa yang kau miliki, melainkan tentang bagaimana kau bersiap menuju kehidupan yang kekal.
Bambang Tri Kasmara
