Keheningan Pahing: Cahaya Batin yang Menyimak

interaks | 22 August 2025, 01:34 am | 44 views

INTERAKSIMEDIAGLOBAL.COM // Surabaya, 22 Agustus 2025 // Di sebuah sudut kehidupan yang penuh hiruk-pikuk, lahirlah mereka yang terhitung dalam weton Pahing. Sekilas, orang-orang Pahing tampak sederhana, penurut, bahkan terlalu diam. Namun, di balik wajah yang teduh itu, ada samudra batin yang menyimpan ribuan cerita.

 

Bagi sebagian orang, diam adalah tanda pasrah. Tetapi bagi seorang Pahing, diam adalah cara semesta berbicara melalui dirinya. Sufi Sang Penyair menyebut, “Pahing tidak pernah benar-benar diam. Ia hanya menimbang, menyerap, dan menyimpan hingga waktunya tiba untuk menjawab.”

 

Dalam kehidupan sehari-hari, orang Pahing kerap menjadi pendengar. Mereka duduk tenang ketika dunia ribut saling bicara. Saat teman-teman bertikai karena perbedaan, Pahing memilih tersenyum. Diamnya sering disalahartikan sebagai kelemahan, padahal itu adalah bentuk kecerdasan batin.

 

Seorang warga Pahing di Surabaya, sebut saja Rahmat (35), menuturkan pengalaman pribadinya. “Banyak orang mengira saya terlalu menurut. Tapi sesungguhnya saya mendengar lebih banyak dari yang mereka ucapkan. Kadang saya sudah tahu maksud buruk orang, bahkan sebelum keluar dari mulutnya,” katanya pelan.

 

Rahmat menegaskan, menjadi Pahing membuatnya belajar menilai manusia dari getaran hati, bukan sekadar ucapan. “Kalau orang bicara terlalu banyak, biasanya tidak tahan lama. Saya lebih percaya pada orang yang menjaga kata-kata,” ujarnya.

 

Sufi Sang Penyair pun mengingatkan, jangan remehkan orang Pahing. Karena saat ia tampak tidak tahu, sebenarnya ia sedang mengukur. Saat ia tersenyum dan berlalu, mungkin itulah tanda bahwa ia sudah memutuskan.

 

Dalam dunia spiritual Jawa, Pahing disebut memiliki neptu tertinggi, simbol dari kekuatan menyerap energi semesta. Maka ketika ia memilih diam, sesungguhnya ia sedang mendengar suara yang lebih besar: suara kehidupan itu sendiri.

 

Diam Pahing bukan kehampaan, melainkan doa yang berjalan. Dan di balik wajah yang sederhana, Pahing menyimpan rahasia: ia tahu lebih banyak daripada yang tampak.

 

 “Dalam senyapnya, Pahing tidak sekadar diam; ia mendengar bisikan semesta, membaca niat yang tersembunyi, dan menyalakan cahaya batin sebagai penuntun langkah dalam perjalanan hidup.”

 

Bambang Tri Kasmara

Berita Terkait