Petualang Cinta: Menyusuri Lima Jalan Menuju Hati dan Tuhan

interaks | 23 April 2025, 00:04 am | 22 views

 

INTERAKSIMEDIAGLOBAL.COM // Surabaya, 23/04/2025 // “Cinta adalah petualangan jiwa,” bisik Sufi Sang Penyair di sela sunyi malam, “dan setiap bentuk cinta akan membawa manusia pada satu dari dua arah: mendekat atau menjauh dari Tuhan.”

 

Dalam perjalanan batinnya, Sufi membagi cinta menjadi lima cabang. Setiap cabang memiliki arah dan dampaknya sendiri terhadap kehidupan manusia. Baginya, cinta bukan sekadar rasa—ia adalah kompas jiwa yang menentukan nasib.

 

1. Cinta kepada Wanita: Dunia dan Kehidupan

 

“Wanita adalah pusat kehidupan,” ujar Sufi dengan pandangan teduh. “Dari rahimnya lahir umat manusia, dan dari cintanya tumbuh kekuatan seorang pria.”

Sufi meyakini bahwa cinta kepada wanita adalah fitrah yang Allah anugerahkan. Al-Qur’an menyatakan:

 

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita, anak-anak, harta…”

(QS. Ali ‘Imran: 14)

 

Namun, cinta itu harus dijaga dalam bingkai keimanan dan kesucian, karena dari sanalah lahir ketenteraman:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri… agar kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.”

(QS. Ar-Rum: 21)

 

2. Cinta kepada Harta: Durjana yang Menipu

 

“Cinta harta adalah durjana bila tak terkendali,” ujar Sufi sambil menggenggam tanah. “Ia menutupi cahaya hati dan menumbuhkan kerakusan.”

Allah memperingatkan dengan tegas:

 

“Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.”

(QS. Al-Fajr: 20)

 

Cinta harta bisa merusak nurani dan memutus tali persaudaraan. Oleh karena itu, Islam memerintahkan untuk menafkahkannya di jalan Allah, agar tidak menjadi tuhan selain-Nya.

 

3. Cinta kepada Diri Sendiri: Kebijaksanaan yang Menumbuhkan

 

“Mencintai diri sendiri bukan egoisme,” kata Sufi. “Itu adalah akar dari kesehatan jiwa dan kemampuan mencintai orang lain dengan benar.”

Allah melarang merusak diri:

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.”

(QS. An-Nisa: 29)

 

Cinta diri yang benar adalah menjaga diri dari dosa, merawat tubuh sebagai amanah, dan menumbuhkan harga diri sebagai khalifah di muka bumi.

 

4. Cinta kepada Kematian: Jalan ke Kehidupan Abadi

 

“Cinta kepada kematian bukan berarti berharap mati,” tegas Sufi. “Melainkan sadar bahwa dunia ini sementara dan akhirat adalah rumah sejati.”

Al-Qur’an mengingatkan:

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu…”

(QS. Ali ‘Imran: 185)

 

Kesadaran akan kematian menjadikan seseorang lebih ikhlas, berhati-hati, dan beramal saleh untuk kehidupan yang lebih abadi.

 

5. Cinta kepada Allah SWT: Puncak Iman dan Takwa

 

“Inilah cinta yang paling tinggi,” ucap Sufi sambil memejamkan mata. “Cinta kepada Allah SWT adalah iman itu sendiri.”

Al-Qur’an menegaskan:

“Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.”

(QS. Al-Baqarah: 165)

 

Cinta ini yang membuat manusia sanggup menahan amarah, memaafkan, menolong, dan taat dalam kesunyian. Ia adalah kekuatan terbesar yang menuntun jiwa menuju cahaya-Nya.

 

 

Sufi Sang Penyair tak pernah berhenti berjalan. Di setiap langkahnya, ia membawa satu keyakinan: bahwa cinta sejati adalah yang membawa hati kembali kepada Tuhan.

 

 

Bambang Tri Kasmara

Berita Terkait